27.6.14

Membangun Museum Dinosaurus Kita


                 Oleh : Rizka H. Kusumadhini, S.Pd

Lesson Study
Pada tanggal 7 Februari yang lalu, kelasku mendapat kesempatan untuk 'membuka kelas' pada kegiatan lesson study. Kegiatan lesson study ini sudah rutin dilakukan di sekolahku sejak kira-kira tahun 2009 yang lalu. Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu bentuk pengembangan guru dalam mengajar di kelas. Guru yang 'membuka kelasnya' untuk kegiatan ini, melakukan perencanaan kegiatan kelas seperti biasanya dengan mendapatkan bantuan dari tim levelnya. Dalam pelaksanaannya, guru kelas diamati oleh beberapa guru kelas lain yang memberikan laporan pengamatannya. Guru-guru yang melakukan pengamatan boleh memberi masukan terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di kelas, atau bahkan mereka bisa mengambil pelajaran baru dari kelas yang diamatinya untuk dapat diterapkan di kelasnya masing-masing. Kira-kira begitulah gambaran umum tentang kegiatan lesson study, dan inilah rangkaian lesson study yang dilakukan di kelas Bumi.

Petualangan anak-anak kelas Bumi dimulai
Pada tema 'Menjelajah Ruang dan Waktu' anak-anak diajak untuk mengenal binatang masa lalu yaitu dinosaurus. Mereka sudah banyak melakukan kegiatan membuka cakrawala mengenai binatang masa lalu dan sudah mengunjungi Museum Geologi sebagai salah satu bentuk pengetahuan mengenai kepunahan. Di kegiatan lesson study yang dilakukan, anak-anak melakukan review tentang seluruh tema yang sudah dipelajari. Pertama-tama, mereka berdramatisasi menjadi dinosaurus yang mencari makan. Anak-anak harus mencari makanan yang sesuai dengan jenis dinosaurus yang mereka perankan. Setelah semua makanan 'habis', anak-anak diajak untuk mendiskusikan makanan masing-masing dinosaurus.

Anak-anak berdiskusi tentang makanan dinosaurus.

Lalu anak-anak diajak untuk menonton film tentang kepunahan dinosaurus. Mereka diajak untuk berpendapat, dengan menjawab pertanyaan, "Apa yang akan terjadi setelah dinosaurus punah?" Ada yang mengatakan dinosaurus akan digantikan dengan binatang masa kini, dan ada pula yang berpendapat dinosaurus sudah saatnya masuk ke dalam museum. Setelah menonton film dan memberikan pendapatnya, anak-anak pun kembali bermain dramatisasi. Kini anak-anak menjadi dinosaurus yang menghadapi bencana alam dan akhirnya punah.

Arkan adalah anak yang sangat mendalami perannya sebagai Ankilosaurus. Ia merangkak dengan kedua tangan dan kakinya, serta mengeluarkan suara-suara yang menurutnya menyerupai dinosaurus. Arkan pun mengeluarkan mimik wajah yang berbeda untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah dinosaurus. Perilaku Arkan kemudian memberi dampak pada beberapa temannya, mereka mulai mengikuti Arkan benar-benar berperan menjadi dinosaurus.

Anak-anak menonton film tentang kepunahan dinosaurus.

'Dinosaurus' mulai berlarian di lapangan rumput karena berusaha menghindari meteor jatuh. Beberapa anak yang sangat mendalami peran, langsung terjatuh ketika bola mengenai tubuhnya.

Setelah dinosaurus punah, terkena hujan meteor, anak-anak kemudian diajak untuk membangun museum dinosaurus dengan bekerja sama. Kelompok sudah ditentukan oleh guru dengan tujuan membangun kerjasama beberapa tipe anak yang serupa, dan dibagi berdasarkan jenis permainan konstruktif yang akan digunakan. Misi mereka untuk membangun museum dinosaurus juga didalami dengan bermain peran. Setiap anak menggambar dinosaurus yang akan dibuatnya sebelum mereka ‘menciptakan’ dinosaurus mereka sendiri untuk mengisi museum. Area bermain dibagi menjadi 2. Di area bermain block, anak-anak bekerja sama membuat dinosaurus block, di area lainnya anak-anak boleh memilih berkarya membuat dinosaurus dari permainan konstruktif lain yang tersedia (lego, mottik, gigo, duplo, pekitoys).

Area ‘Museum Dinosaurus’ block yang dibuat dengan bekerja sama.


Area ‘Museum Dinosaurus’ lego, mottik, duplo, pekitoys, dan gigo.

Museum mulai dibangun
Arkan yang sejak awal mendapat peran sebagai Ankilosaurus, menggambarkan Stegosaurus namun ia menyebutnya sebagai ‘Ankilosaurus’.  Setelah menggambar, Arkan mewujudkannya dengan membuat karya 3 dimensi menggunakan pemainan mottik. Arkan yang sudah sangat mendalami perannya sebagai Ankilosaurus masih membutuhkan bantuan saat menuangkan idenya dalam karya konstruktif. Ia dibantu untuk membuat langkah tahap demi tahap saat membuat Ankilosaurus. Setelah karyanya tuntas, Arkan kemudian memposisikan dirinya sebagai pemandu museum yang menjelaskan tentang semua ‘fosil’ dan miniatur dinosaurus yang telah dibuat oleh teman-teman lainnya kemudian disusun menjadi Museum Dinosaurus.

Gambar rancangan Stegosaurus buatan Arkan dan Stegosaurus mottik-nya.

Arkan memegang miniatur orang untuk dijadikan sebagai pemandu museum yang memberi penjelasan kepada para pengunjung.

Anak-anak lain yang berkarya di area ini, membuat berbagai jenis dinosaurus untuk mengisi ‘Museum Dinosaurus’nya. Mereka memilih jenis permainan konstruktif sesuai dengan minat mereka masing-masing. Masih ada beberapa anak yang belum terbayang apa yang harus dilakukannya dan mereka pun bertanya pada guru.

Dinosaurus lainnya yang dibuat untuk mengisi ‘Museum Dinosaurus’.

Pada area bermain block, anak-anak membangun museumnya dengan bekerja sama. Setiap kelompok terdiri atas 3 orang anak yang harus saling berbagi ide, berbagi tugas, dan menyelaraskan keinginan mereka masing-masing menjadi suatu kesatuan. Hal ini, tentu tidak mudah bagi anak-anak yang sudah memiliki idenya sendiri. Debat serta perbedaan pendapat akan mewarnai kegiatan berkarya mereka.

Kelompok Alendra, Ghanisya, dan Vanya adalah salah satu kelompok yang terdiri dari anak-anak dengan ide yang sangat kaya. Mereka masing-masing mengungkapkan idenya, namun saat itu masih sulit untuk mendengarkan ide teman sekelompoknya dan belum mencoba menyelaraskannya. Alendra, Ghanisya, dan Vanya sudah memulai perdebatan sejak awal kegiatan perencanaan karyanya. Gambar rancangan yang seharusnya hanya terdiri dari satu gambar yang dibuat bersama, menjadi beberapa gambar dinosaurus jenis yang berbeda. Mereka pun belum memutuskan, gambar rancangan mana yang akan diwujudkan menjadi ‘Museum Dinosaurus’.


Gambar rancangan Alendra, Ghanisya, dan Vanya yang belum mencerminkan keselarasan ide. Mereka baru menggambarkan idenya masing-masing, belum mendiskusikannya kemudian menjadikannya satu.

Perdebatan serta perbedaan pendapat kelompok Alendra, Ghanisya, dan Vanya belum berakhir pada perencanaan gambar. Hingga tiba saatnya mulai menyusun block, mereka belum juga menentukan satu jenis dinosaurus yang akan dibuat. Saat pembagian tugas mengambil kepingan block dan menyusunnya pun mereka belum menemukan kata sepakat. Alendra, Ghanisya, dan Vanya masing-masing mengambil block yang mereka butuhkan untuk membuat dinosaurusnya sendiri, bukan dinosaurus kelompok.

Alendra, Ghanisya, dan Vanya menggunakan keranjang mereka masing-masing untuk mengambil kepingan block lalu menyusunnya membentuk dinosaurus yang mereka inginkan.

Hingga akhir kegiatan lesson study, kelompok Alendra, Ghanisya, dan Vanya belum berhasil menyelesaikan tugasnya. Mereka masih terlibat dalam perdebatan dan diskusi yang cukup alot mengenai ide yang mereka miliki masing-masing. Bahkan mereka beberapa kali terlihat membongkar karya yang sudah dibuat dan mengulanginya lagi dari awal. Ghanisya pun sempat terlihat mengubah rancangan gambar yang sudah dibuat sebelumnya agar menyerupai bentuk block dinosaurus yang sudah dibuatnya.

Selain kelompok Alendra, Ghanisya, dan Vanya yang belum berhasil menyelaraskan idenya, ada satu kelompok yang tampaknya mudah saat bekerja sama. Mereka adalah Adel, Titan, dan Alka yang sejak awal melakukan diskusi, mendengarkan pendapat teman-teman sekelompoknya, berbagi tugas hal-hal yang harus dilakukan, hingga berhasil membuat dinosaurus block tanpa adanya rintangan yang berarti.

Adel, Titan, dan Alka mendiskusikan terlebih dulu jenis dinosaurus yang akan mereka buat, lalu secara bergantian menggambarkan rancangannya. Gambar yang dihasilkan hanya ada satu gambar yang dibuat secara bersama-sama menggunakan sebuah spidol. Mereka menggambar secara bergiliran untuk tiap bagian dinosaurusnya. Saat akan mulai membuat dinosaurus block, Adel, Titan, dan Alka berbagi tugas terlebih dahulu siapa yang mengambil block dan siapa yang menyusunnya. Seorang lainnya memberikan ide mengenai bentuk-bentuk block yang akan mereka gunakan. Akhirnya kelompok Adel, Titan, dan Alka berhasil menjadi kelompok pertama yang menyelesaikan dinosaurus untuk ‘Museum Dinosaurus’.

Kelompok Adel, Titan, dan Alka setelah berhasil menyelesaikan dinosaurus block mereka.

Pada area permainan block, ada pula kelompok yang masih sulit menuangkan ide bahkan bekerja sama. Hal ini bisa diakibatkan karena minat yang belum sejalan dengan tema karya yang diangkat pada kegiatan lesson study kali ini. Kelompok ini cenderung banyak mendapatkan dampingan dari guru untuk berkarya langkah demi langkah. Saat berkarya, kelompok Fadhil, Arva, dan Ihsan mendapatkan dampingan dari guru agar kegiatan perencanaan, diskusi, berkarya, dan bercerita dapat berjalan.

Kelompok Fadhil, Arva, dan Ihsan terlihat belum bekerja sama dan melakukan diskusi kelompok jika belum mendapatkan dampingan dari guru.

Apa yang membuat mereka berbeda?
Pada kegiatan pertama, Arkan dan anak-anak lainnya di area permainan konstruktif (lego, gigo, duplo, mottik, pekitoys) membuat karya dinosaurus secara individual. Mereka adalah anak-anak yang rata-rata membutuhkan banyak inspirasi di awal sebelum kegiatan berkarya. Kemampuan mereka dalam berkarya dengan menggunakan permainan konstruktif pun belum semuanya kuat. Anak-anak yang melakukan kegiatan di arena bermain ini, cenderung tidak melakukan diskusi mengenai dinosaurus yang akan mereka buat dengan teman sebayanya untuk membangun ‘Museum Dinosaurus’, tetapi mereka cenderung akan bertanya pada guru hal apa yang harus mereka lakukan terlebih dulu untuk membuat karyanya. Anak-anak akan melakukan lebih banyak eksplorasi pada miniatur dinosaurus sebelum berkarya. Setelah berkarya secara individual, anak-anak pada area ini akan menggabungkan karyanya, disusun membentuk museum yang terdiri dari berbagai macam jenis dinosaurus.

Pada kegiatan berkarya dengan kerja sama membuat dinosaurus di area block, anak-anak harus belajar untuk menyelaraskan ide, mencoba mendengarkan pendapat, berbagi peran, dan membuat karya secara bersama-sama. Ada anak-anak yang berada dalam area block ini karena mereka membutuhkan sarana untuk belajar bekerja sama dan membiasakan mendengar pendapat teman lainnya. Ada pula perpaduan kelompok yang terdiri dari anak-anak yang memiliki kekuatan pada karya konstruktif dan anak-anak yang masih membutuhkan inspirasi karya dari teman-temannya. Mereka akan saling mengisi dan belajar dari teman sebayanya. Namun, minat terhadap tema serta kecocokan teman sebaya terlihat cukup memberi pengaruh terhadap kualitas proses serta karya yang dihasilkan.

Setelah kegiatan ini berakhir, kami melakukan suatu refleksi dan evaluasi. Anak-anak diajak untuk memberikan pendapatnya, menceritakan perasaannya, dan membuat perencanaan mengenai hal yang akan mereka lakukan pada kegiatan selanjutnya agar memberikan hasil lebih baik dari sebelumnya. Kelompok Alendra, Ghanisya, dan Vanya pun mengakui bahwa mereka belum dapat menyelaraskan idenya saat bekerja sama dalam satu kelompok.

Pada minggu berikutnya, kegiatan Lesson Study ini diulang kembali dengan bertukar kelompok. Anak-anak melakukan kegiatan yang berbeda dari kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya. Untuk melatih kerja sama terutama pada kelompok Alendra, Ghanisya, dan Vanya, mereka akan terus menjadi teman bekerja sama pada jenis kegiatan lainnya. Mereka pun terus diajak merefleksikan kegiatan sebelumnya yang belum berhasil. Begitu pula dengan anak-anak yang berkarya secara individual dan anak-anak telah berhasil bekerja sama, mereka berbagi mengenai pengalamannya pada teman-teman lainnya, agar mereka dapat mengambil pelajaran dari teman sebayanya. Karena ini adalah ‘Museum Dinosaurus Kita’ yang dibuat bersama-sama, bukan ‘Museum Dinosaurus Aku’ atau ‘Museum Dinosaurus Kamu’ yang dibuat seorang diri.

~hotarukika~

1 comment:

Dikdik said...

ihh seru2.. itu pembagian kelompoknya gimana? dibagi oleh guru apa mereka mencari sendiri?